Sebuah kesempatan besar ketika Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada memberikan dukungan dan fasilitas kepada tiga mahasiswa program S1, S2, dan S3 untuk mengikuti Fellowship Program di Jerman. Tidak menyangka, dan sungguh saya menjadi excited ketika saya akan belajar bersama para ahli dan di tempat yang bisa dikatakan prestigious di Jerman, ZMO (Zentrum Morderner Orient), Jerman. Sebagai mahasiswa angkatan 2020 program S3 di Departemen Antropologi, saya mendapatkan kesempatan baik ini untuk melakukan riset pustaka di ZMO (Zentrum Morderner Orient), Jerman sebagai pendukung disertasi saya yang berjudul Gerakan Membaca Kembali Naskah Lontar Bali. Fellowship Program di ZMO Jerman saya lakukan dengan merujuk kepada riset pustaka yang berjudul Reading the Balinese Hindu Palm-Leaf Manuscripts: A Revival Movement. Relevansi pembahasan gerakan membaca naskah lontar Bali yang dilakukan oleh masyarakat di Bali ini adalah sebagi wujud dari merevitalisasi kembali budaya membaca naskah lontar yang memuat ajaran-ajaran penting dalam agama Hindu.
Pada kesempatan melakukan riset pustaka di ZMO ini, saya mendapat pembimbing program yaitu, Dr. Jacob Nerenberg, seorang Antropolog dan peneliti untuk kajian Asia Tenggara. Dalam program ini, saya telah mendapatkan banyak masukan dan gagasan-gagasan dari Dr. Nerenberg tentang kajian gerakan kebangkitan yang berhubungan dengan ritual keagamaan yang dilakukan oleh masyarakat Hindu Bali, di Bali. Lebih jauh, Dr. Nerenberg terbuka untuk berdiskusi tentang permasalahan dalam riset saya untuk membuat rencana publikasi ilmiah setelah melakukan program ini. Selain itu, diskusi untuk mendapatkan masukan dan saran dari para antropolog dan sejarawan ZMO sangat membantu saya dalam pola pikir, konsep riset disertasi, dan literatur yang saya gunakan dalam penulisan disertasi saya. Tak hanya dengan diskusi yang membuat pikiran saya terbuka dan semakin antusias dengan topik disertasi, tetapi juga karena para pakar di ZMO ini memberikan pengalaman risetnya di beberapa negara dengan mayoritas pemeluk agama Hindu, yaitu di India, dan mayoritas pemeluk Islam di Arab Saudi. Dari pengalaman dan pandangan para pakar tersebut tentang ajaran agama dan ritual keagamaan yang dilakukan baik di Arab Saudi dan India, kemudian terdapat pandangan baru yaitu bahwa ritual yang mereka lakukan adalah merupakan sebuah gerakan sosial dan gerakan kebangkitan keagamaan untuk menyatukan persepsi budaya yang timbul dari kegiatan bersama ini.
Selain Dr. Jacob Nerenberg sebagai pembimbing program saya, ada Dr. Heike Liebau, koordinator kelompok riset “Representasi Masa Lalu sebagai Kekuatan Mobilisasi”. Beliau memberikan cerita pengalamannya melakukan riset di Thanjavur, India di mana terdapat ritual membaca naskah lontar dan kegiatan pembuatan lembaran lontar sebagai media dalam menulis naskah keagamaan seperti halnya yang biasa ditemukan di Bali. Dari kedua pakar ini kemudian saya memiliki banyak pengetahuan dan pemahaman terhadap gerakan kebangkitan kembali, yang dalam konteks ini adalah gerakan kebangkitan kembali membaca naskah lontar Bali.
Oleh: Prima Dona Hapsari