Salam hangat. Mulai tahun ini RANAH terbit dengan format baru. Jika sebelumnya berupa majalah semi-jurnal, maka saat ini RANAH hadir di hadapan pembaca dalam format jurnal ilmiah (seutuhnya) yang menyajikan tulisan-tulisan dari dosen, mahasiswa, alumni, dan segenap keluarga Antropologi Universitas Gadjah Mada (UGM). Dengan format baru RANAH diharapkan menjadi ruang untuk mengkritisi permasalahan yang sedang terjadi saat ini lewat tulisan ilmiah.
Budaya Digital dan Netnografi adalah tema yang diangkat redaksi dalam edisi RANAH kali ini. Internet merupakan salah satu media yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Banyak hal yang terkait dengan internet, seperti berkirim surat elektronik, pencarian data, unggah-unduh, hingga jejaring sosial.
Kehadiran dunia maya (cyberspace) dan revolusi informasi ditengarai telah membawa banyak sekali perubahan yang ditandai dengan meningkatnya kompleksitas kehidupan sosial-budaya masyarakat itu sendiri. Kompleksitas terus berkembang tidak lain karena ekspansi teknologi informasi yang tidak terbatas. Di satu sisi, ekspansi ini patut dihargai karena kemajuan inovasi-inovasi baru telah membuat banyak aktivitas manusia menjadi semakin terbantukan. Di sisi lain, ketidaksiapan atas kehadiran suatu teknologi informasi bisa menimbulkan tekanan sosio-kultural yang menyebabkan manusia menjadi kaget (shock). Bahkan hal ini bisa jadi melahirkan dua kemungkinan dampak terhadap kultur suatu masyarakat, yakni kontinuitas dan diskontinuitas budaya.
Perubahan-perubahan ini tidak hanya berimplikasi pada terbenturnya budaya lama saja. Kehadiran teknologi informasi telah melahirkan “ruang-ruang sosial baru”, yakni jejaring sosial. Di dalamnya orang dapat berinteraksi dan membangun relasi tanpa harus menghadirkan tubuhnya. Realitas kehidupan sosial baru ini ternyata terekonstruksi dalam sebuah laman jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, dan sebagainya. Bahkan laman sederhana itu bisa menciptakan interdependensi yang begitu kuat. Dalam jejaring sosial orang menjadi “dikejar” oleh informasi-informasi yang menuntut untuk selalu up-to-date. Ini hanyalah sekelumit fenomena baru yang bisa ditangkap dari munculnya revolusi informasi.
Sayangnya meski internet secara mangkus dan sangkil telah mempengaruhi kehidupan (termasuk kebudayaan) manusia, dalam ranah antropologi Indonesia “dunia maya” ini masih menjadi terra incognito, tanah tak dikenal. Kajian-kajian antropologis/etnografis mengenai bidang ini masih terhitung sedikit di Indonesia. Melalui tema edisi ini RANAH mencoba merangsang para antropolog (maupun calon antropolog) untuk turut mewarnai kajian baru ini dengan tulisan-tulisan ilmiah—baik berupa gagasan konseptual maupun hasil penelitian.
Warga Antropologi Bulaksumur cukup antusias menyambut tema ini, terlihat dari banyaknya naskah tulisan yang masuk ke meja redaksi. Dari belasan naskah tulisan yang masuk, redaksi harus memilih tujuh artikel terbaik untuk dimuat pada RANAH nomor ini—sesuai dengan tema, memenuhi syarat artikel ilmiah, dan beberapa kali direvisi oleh penulisnya sesuai saran penyunting ahli.
Pada nomor ini terdapat delapan tulisan yang terangkum dalam tujuh artikel dan satu berita. Artikel pertama oleh Sita Hidayah, staf pengajar Jurusan Antropologi Budaya UGM. Ia membahas kajian teoritis antropologi/etnografi di dunia internet, yang sangat cocok sebagai pengantar sebelum melangkah lebih jauh. Selanjutnya diisi oleh Nindyo Budi Kumoro, mahasiswa Antropologi Budaya UGM, yang menulis tentang fenomena penyebaran wacana di internet. Lalu tulisan Rio Heykhal Belvage membahas bagaimana budaya cyber ditilik dari kacamata eksistensialisme. Lantas ada Gregorius Septian Christianto yang menganalisis kekerasan terhadap perempuan yang direproduksi ke dalam lahan baru berupa jejaring sosial. Terdapat juga tulisan dari mahasiswa pascasarjana Antropologi Budaya UGM, Gaffari Rahmadian dan Odit Budiawan. Masing-masing menulis tentang kaitan antara jejaring sosial dan teori alienasi, juga studi interaksi dan komunikasi dalam Facebook. Artikel tentang jejaring sosial dan teori alienasi ini (ternyata) mendapat sanggahan dari Yuda Rasyadian dengan tulisannya terkait jejaring sosial dan teori iron cage (kurungan besi).
Selain tujuh artikel tadi, ada pula tulisan kolaborasi yang dibuat oleh Tim Divisi Pengembangan Sumberdaya Mahasiswa (PSDM) Keluarga Mahasiswa Antropologi (KEMANT) UGM. Tim ini membuat intisari diskusi mengenai kajian antropologi di ranah internet. Terdapat pula rubrik Berita Buku yang menyajikan informasi seputar buku-buku terbaru terkait dengan tema nomor terbitan ini.
Akhirnya melalui pengantar singkat ini kami menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah turut serta berpartisipasi dalam pembuatan RANAH. Semoga dengan adanya jurnal ini wacana-wacana ilmu antropologi makin berkembang di Indonesia. Selain memperkaya wawasan dan pengetahuan, diharapkan jurnal ini bisa membuat para pembaca lebih lebih dalam mengkritisi suatu fenomena sosial-budaya. Jurnal yang hadir di hadapan pembaca ini jelas tidak lepas dari kekurangan, maka redaksi mengharapkan pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang nantinya sangat berguna bagi untuk peningkatan kualitas jurnal ke depannya.
Tabik.
***
Jurnal RANAH adalah jurnal mahasiswa Jurusan Antropologi Budaya, Fakultas Ilmu Budaya (FIB), Universitas Gadjah Mada (UGM) yang dikelola oleh Keluarga Mahasiswa Antropologi (KEMANT) FIB UGM. Jurnal ilmiah ini terbit dua kali setahun pada bulan April dan Oktober. Harga eceran Rp. 25.000,-/eksemplar. Redaksi menerima naskah artikel baik yang bersifat teoritis, metodologis, hasil penelitian (laboratorium, lapangan, kepustakaan) maupun etnografis, atau tinjauan buku atau wacana yang masuk wilayah kajian antropologi. Artikel harus sesuai dengan tema yang ditawarkan tiap nomor terbitan. Naskah yang masuk diseleksi dan disunting oleh redaksi bekerjasama dengan penyunting ahli.
Jurnal RANAH dapat diunduh secara cuma-cuma di situs internet Jurusan Antropologi UGM setelah lewat satu tahun penerbitan edisi cetak. Jurnal RANAH Th. II, No. 1, April 2012 dengan tema “Budaya Digital dan Netnografi” dapat diunduh secara utuh pada tautan di bawah ini.
[UNDUH] (5060 KB)
Jurnal RANAH Th. II, No. 1, April 2012: Budaya Digital dan Netnografi
Selain unduhan utuh, artikel-artikel dalam jurnal ini juga dapat diunduh secara terpisah melalui tautan di bawah ini.
[UNDUH] (297 KB)
Antropologi Digital dan Hiperteks: Sebuah Eksplorasi Awal
~ Sita Hidayah[UNDUH] (301 KB)
Konsep Diri dan Penyebaran Wacana dalam Cyberspace: Tantangan Bagi Penelitian Antropologi
~ Nindyo Budi Kumoro[UNDUH] (286 KB)
Budaya Manusia Digital
~ Rio Heykhal Belvage[UNDUH] (286 KB)
Jejaring Sosial: Memupus Sekaligus Mengalienasi
~ Gaffari Rahmadian[UNDUH] (288 KB)
Jejaring Sosial: Ruang Besi pada Konstruksi Inovasi dan Identitas Budaya Massa
~ Yuda Rasyadian[UNDUH] (285 KB)
Jejaring Sosial: Lahan Reproduksi Kekerasan Terhadap Perempuan
~ Gregorius Septian Christianto[UNDUH] (308 KB)
Jangan Melihat Buku dari Wajahnya: Studi tentang Interaksi dan Komunikasi dalam Facebook
~ Odit Budiawan[UNDUH] (222 KB)
Tantangan Antropologi Menghadapi Ruang Maya: Sebuah Intisari Diskusi
~ Dian Ajeng Pangestu, Muhammad Ichsan Rahmanto, Nur Rosyid
Alamat Redaksi
Sekretariat Keluarga Mahasiswa Antropologi (KEMANT)
Gedung Laboratorium dan Perpustakaan Jurusan Antropologi
Jl. Sosio-Humaniora No. 1, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada
Bulaksumur, Yogyakarta 55281
Surat elektronik: kemant1946@gmail.com
Situs internet: antropologi.fib.ugm.ac.id
ISSN: 2088-4133
Hak cipta © 2012 KEMANT dan para kontributor.
Dilarang menggandakan, menyalin, atau menerbitkan ulang artikel atau bagian-bagian artikel dalam jurnal ini tanpa seizin penerbit/redaksi.