Acara yang diselenggarakan pada tanggal 7-9 Maret 2018 merupakan Pameran Hasil Pra-Sarasehan JKAI Nasional 2017. Konten dalam pameran ini meliputi penjelajahan sejumlah kisah dari perjalanan teman-teman Divisi JKAI dan Eksternal di Candikuning, Tabanan-Bali. Dengan mengangkat tema kegiatan “Local Genius”, sebagai dasar penelitan etnografi delegasi Antropologi UGM menyempitkan fokus riset ke penelitian sosial-budaya yang terarah kepada Ekowisata, Ekologi, dan Pariwisata. Beberapa luaran diantaranya dijadikan tulisan berupa artikel dan ada pula yang divisualkan dalam bentuk foto dan video dokumenter. Upaya untuk publikasi sejumlah visual outcome, disajikan dalam Pameran. ‘Nangkring Ing Candikuning’ diartikan sangat simpel. “Nangkring” dalam bahasa Jawa yang artinya ‘nongkrong’ atau duduk serta kata “ing” dimaknai dengan ‘di’ pada suatu tempat. Sehingga Nangkring Ing Candikuning merupakan sekumpulan kata yang menjelaskan hasil perjalanan yang telah dipijaki, letaknya di Candikuning. Besar harapan, sajian visual Pra-Sarasehan JKAI 2017 dapat memberikan sedikit wawasan beserta titik awal pencapaian bagi Keluarga Mahasiswa Antropologi Budaya UGM (KEMANT).
Pra-Sarasehan Nasional merupakan salah satu kegiatan JKAI yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali. Tujuan utama dari diadakannya acara ini adalah melakukan evaluasi kepengurusan JKAI sekaligus menjadi ajang berkumpulnya mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia yang tergabung dalam JKAI. Adapun Pra Sarasehan Nasional JKAI 2017 terdiri dari rangkaian acara berupa Seminar Nasional, penelitian bersama, evaluasi kepengurusan JKAI, dan ajang kreatifitas mahasiswa serta kunjungan wisata. Acara yang dilangsungkan selama satu minggu ini tidak hanya berfungsi untuk mempelajari teori dan praktik di lapangan, tetapi juga berfungsi untuk menyatukan keragaman cara pandang antropologi dengan mengutamakan prinsip kekerabatan bagi seluruh mahasiswa antropologi se Indonesia.
Antrhopos sekalian, ada suatu panggilan yang tidak asing lagi terdengar di beberapa mahasiswa antropologi, yaitu Kerabat. Kerabat atau Kerabat Antropologi menjadi sapaan hangat seperti wedang ronde yang disajikan dengan kehangatan untuk mengikat tali kekeluargaan mahasiswa Antropologi. Seperti halnya dengan pameran, Kerabat Divisi JKAI dan Eksternal dengan ini telah menampilkan kehangatan berupa hasil dari catatan perjalanan di Candikuning. Terimakasih kepada semua pihak yang sudah menyukseskan pameran ketjil-ketjil-an ini. Semoga Divisi JKAI dan External, Kerabat Antropologi, dan KEMANT UGM mampu memberikan kontribusi terbaiknya.
Salam Kerabat!
Penulis: Fahmi Rizqi Fahroji