Bidang pertanian di Norwegia semula adalah bisnis keluarga yang turun-temurun, tetapi mengalami transisi dengan adanya rasionalisasi pemasaran produk pertanian melalui koperasi dan beberapa perubahan kebijakan hingga akhir abad ke 20 (Larkin, 1987; Klimek dan Hansen, 2017) sehingga saat ini pasar hasil pertanian terintegrasi dalam koperasi dan grossist (retail). Skema ini dianggap memberikan jarak antara konsumen dan petani sebagai produsen (Åsebø, et. al, 2006) dalam hal rantai produksi bahan makanan dan konsekuensi terhadap lingkungan dan kesehatan. Kesadaran ini juga disertai oleh kebutuhan akan bahan makanan organik dan anggapan bahwa pasar konvensional tidak mampu memenuhi permintaan (Storstad dan Bjørkhaug, 2002) sehingga diperlukan pendekatan pertanian alternatif, sebagai contoh, community supported agriculture (CSA).
CSA adalah pendekatan produksi pertanian yang menekankan pada hubungan jangka panjang antara petani dan konsumen dengan cara membentuk unit produksi berbasis komunitas dengan 3 prinsip utama yaitu dialog antara produsen (petani) dan konsumen, pembagian hasil panen dan resiko produksi, serta keterbukaan dan transparansi ekonomi (Bjune dan Hjortdal, 2005; Grande, 2016). Di Norwegia pengembangan CSA atau andelslandbruk ini dimulai sejak tahun 2003-2006 di dekat Oslo kemudian menyebar ke berbagai penjuru negeri, salah satunya di wilayah Agder yang dimulai pada tahun 2015-2016. Andelslandbruk menerapkan sistem keanggotaan melalui pola rekrutmen dan pembayaran andel atau saham. Setiap anggota membayarkan saham sesuai dengan jenis saham (sayuran, daging, madu, dll) dengan nominal tertentu di awal tahun dan setiap anggota memiliki tanggungan untuk bekerja bakti (dugnad) di lahan. Sebagai timbal baliknya, setiap anggota memiliki hak untuk memanen hasil produksi pertanian sesuai dengan jenis saham yang dimilikinya. Dari paparan ini, andelslandbruk dapat dikatakan sebagai suatu pendekatan untuk ‘mempersingkat’ rantai produksi bahan makanan dan pemenuhan subsistensi pangan anggota komunitas.
Penelitian ini mengangkat topik tentang hubungan kesadaran akan rantai produksi pangan dengan pola produksi pertanian skala kecil di Norwegia dan rasionalitas dalam konsumsi pangan sehari-hari, dengan studi kasus tentang pengembangan community supported agriculture (CSA) di wilayah Vest-Agder. Proses penelitian selama kurang lebih 5 bulan ini menerapkan metode kualitatif dengan pendekatan etnografi di dua komunitas CSA yang berada di Kristiansand dan Marnardal. Melakukan penelitian di wilayah dengan konteks sosio-ekonomi dan latar belakang budaya berbeda adalah pengalaman berharga yang penuh tantangan. Selain kendala bahasa, topik pertanian berbasis komunitas dalam konteks andelslandbruk merupakan hal yang baru saya ketahui setelah tiba di Norwegia. Pendekatan produksi pertanian ini masih tergolong baru dan belum familiar di wilayah Agder, sehingga cukup sulit untuk mendapatkan akses menuju aktor dan komunitasnya. Oleh karenanya, keberadaan gate keeper atau juru kunci berperan penting dalam membuka akses dan komunikasi terhadap institusi atau komunitas yang bergerak dalam bidang yang berkaitan dengan isu tersebut.
Kepustakaan:
Åsebø, K., Jervell, A., Lieblein, G., Svennerud, M dan Francis, C. (2007). “Farmer and Consumer Attitudes at Farmers Markets in Norway” dalam Journal of Sustainable Agriculture 30:4, hal 67-93. https://doi.org/10.1300/J064v30n04_06.
Bjune, M and Torjusen, H. (2005). “Community Supported Agriculture (CSA) in Norway – A context for shared responsibility”. Dipresentasikan untuk the Second CCN (Consumer Citizenship Network) International conference, University of Economics, Bratislava, Slowakia. Dikutip dari https://www.researchgate.net/profile/Hanne_Torjusen2/publication/237439052_Community_Supported_Agriculture_CSA_in_Norway_-_A_context_for_shared_responsibility/links/54afa3ac0cf29661a3d5c66f.pdf
Grande, E. (2016). “Norway” dalam Overview of Community Supported Agriculture in Europe, hal 74-77. URGENCI: The International Network for Community Supported Agriculture. https://urgenci.net/wp-content/uploads/sites/66/2016/05/Overview-of-Community-Supported-Agriculture-in-Europe-F.pdf.
Klimek, B dan Hansen, H. (2017). “Food industry structure in Norway and Denmark since the 1990s: Path dependency and institutional trajectories in Nordic food markets” dalam Food Policy 69, hal 110-122. http://dx.doi.org/10.1016/j.foodpol.2017.03.009.
Larkin, A. (1987). “Institutional Adjustment in Norway’s Rural Economy: An Instrumental Evaluation” in Journal of Economic Issues, vol XXI, no 2. https://doi.org/10.1080/00213624.1987.11504655
Storstad, O and Bjørkhaug, H. (2003). “Foundation of production and consumption of organic food in Norway: Common attitudes among farmers and consumers?” dalam Agriculture and Human Values 20, hal 151-163. https://doi.org/10.1023/A:1024069627349.
Penulis: Wening Lastri